2008年5月30日 星期五

Ketika Bahaya Jadi Menyenangkan...


PDF Cetak E-mail
Laporan Khusus

Naskah : Dediriono
Foto : Hang Tuah J Said


WASPADA Online

jeram-1-510Pisang rebus dan jagung gerontol yang dibumbui ampas kelapa muda menjadi menu sarapan pagi sekira 20 peserta arung jeram (rafting) sebelum memulai aktivitas saat soft launching Binge Rafting, Sabtu (15/3), di lokasi Taman Alam Jaya Baru, Desa Namutating, Kec. Bingai, Kab.Langkat atau sekira 15 km dari pusat Kota Binjai.

Perjalanan dari Medan menuju Taman Alam Jaya Baru ditempuh hanya dalam waktu sekitar satu jam. Udara segar menambah selera sarapan kami meski tak terbiasa dengan menu seperti itu. "Wah yang begini nggak ada nih di Medan," celoteh salah seorang teman.

Setelah sarapan, aktivitas berikutnya adalah berbagai permainan outbond untuk lebih menjalin keakraban sesama peserta rafting atau biasa disebut rafter. Para instruktur outbond dari Binge Rafting dan Rafid Plus berhasil membuat kami yang terdiri dari para jurnalis dan pewarta foto kota Medan serta beberapa perwakilan dari Badan Pariwisata Sumut dan instansi bisa menikmati ide-ide permainan mereka.

jeram-2-510Usai mengikuti permainan outbond, kami pun mempersiapkan diri untuk bergegas menuju daerah start rafting di Sungai Binge yang terkenal memiliki jeram cukup menantang dengan grade jeram 2-3+.

Rintik hujan tak mengurangi semangat langkah kami menelusuri perkampungan di Kec. Bingai Kab. Langkat menuju Desa Sanggapura meski harus menelusuri perkampungan dengan sebuah truk.

Keadaan jalan yang kupak-kapik mengharuskan kami berpegangan erat di bak truk agar tidak terhempas akibat guncangan sepanjang perjalanan. Sepanjang jalan yang kerap terlihat adalah tana-man jagung warga desa. Pantai di Desa Sanggarpura akan menjadi lokasi start dalam melakukan petualangan air tersebut.

Sekira satu jam menempuh perjalanan, kami pun tiba di tempat tujuan meski rintik hujan semakin deras. Hal ini sempat membuat cemas para jurnalis foto yang tidak leluasa untuk mengabadikan momen-momen penting. Syukurlah, menjelang petualangan rafting dimulai, hujan akhirnya reda.


Tentunya kami sebelumnya mempersiapkan segala atribut keselamatan sebagai perlengkapan rafting seperti rompi pelampung, helm dan paddle (alat dayung) dan baru kemudian langsung duduk di atas rubber boat (perahu karet) 4x2 meter. Perahu ini berkapasitas tujuh sampai sembilan orang. Sebanyak lima perahu sudah siap dikayuh dan masing-masing perahu dikomandoi oleh satu hingga dua pemandu profesional Binge Rafting.

Sekira 100 meter menempuh perjalanan dari lokasi start, kami sudah menemui jeram pertama yang akan kami lalui. Rasa penasaran, seru dan sedikit takut, bercampur menjadi satu begitu kami akan melintasi jeram pertama yang pastinya sangat berbahaya melihat derasnya arus di sana.

Maklumlah, ini merupakan pengalaman rafting pertama bagi seluruh peserta. Tak heran kalau lantas teriakan histeris begitu keras terdengar setiap perahu menghantam derasnya arus air sambil melewati jeram-jeram. "Luar biasa….," teriak salah satu peserta.

Saat ingin melewati jeram pertama ada perasaan cemas dan takut, tidak demikian saat kami melewati jeram kedua dan selanjutnya. Yang ada tinggal rasa penasaran bagaimana dahsyatnya jeram berikutnya dan berharap akan lebih dahsyat lagi dari sebelumnya.

Sekira pukul 14:30, akhirnya kami hampir sampai di bendungan Namu Sira-Sira yang jaraknya tidak lebih dari 200 meter lagi. Kami pun istirahat sejenak. Tidak terasa kami telah menempuh perjalanan tidak kurang dari tiga jam dari lokasi start awal. Hal ini dikarenakan waktu banyak digunakan untuk sesi pemotretan para fotografer. Meski begitu, rasanya kami baru beberapa menit saja menelusuri Sungai Binge karena saking asyiknya.

Menunggu waktu melewati jeram bendungan Namu Sira-Sira yang ketinggiannya mencapai 10 meter lebih itu, merupakan detik-detik penuh dengan rasa penasaran. Pasalnya ini merupakan tantangan paling berbahaya sekaligus paling menyenangkan di antara seluruh petualangan di Sungai Binge ini.

Seperti yang telah dibayangkan sebelumnya, satu per satu perahu terjun bebas melewati tingginya jeram bendungan Namu Sira-Sira. Pengalaman dalam melewati jeram-jeram Sei Binge sebelumnya, membuat kami sukses melewati tantangan berbahaya tersebut. Tidak satu pun dari kami yang merupakan para rafter pemula terhempas dari perahu. Apalagi sebelumnya kami sudah diajarkan teknik dalam melewati jeram bendungan tersebut oleh instruktur dari Binge Rafting.

Usai melewati jeram Bendungan Namu Sira-Sira, seolah tak ada lagi yang perlu ditakutkan saat melewati jeram selanjutnya. Meski tak jarang para rafter harus terpontang-panting di atas perahu menahan goncangan, namun kelakar tawa tetap terdengar. Tak ada lagi teriakan histeris seperti saat-saat awal. Yang ada tinggal suasana menyenangkan melewati tantangan demi tantangan yang sebenarnya cukup berbahaya hingga akhirnya sampai di lokasi finish di kawasan Taman Alam Jaya Baru.

Binge Aman Bagi Rafter Pemula

jeram-a-310Meski tergolong memiliki jeram cukup berbahaya dengan grade 2-3+, Sei Binge ternyata cukup aman bagi rafter pemula. Tidak heran lantas Pemkab Langkat melalui Binge Rafting berupaya mempromosikan keberadaan Sei Binge sebagai objek wisata petualangan air.

Bagi yang penasaran dengan rafting, tidak ada salahnya mencoba lintasan tersebut. Hanya dengan mengeluarkan kocek senilai Rp175.000/orang (paket adventure), kita sudah bisa menikmati keindahan Sei Binge dengan kejernihan airnya bersama kerabat atau keluarga.
Harga tersebut di atas sudah termasuk asuransi, makan siang, alat pengaman dan pemandu.


jeram-b-310
Sebelum kita melakukan aktivitas rafting, terlebih dahulu diberi arahan dan petunjuk oleh pemandu dari Binge Rafting.

Sebagai pembuka, pemandu akan mengajarkan kita mendayung maju dan mundur, cara menyelamatkan diri saat terjatuh dari perahu dan lainnya. Selain itu, pihak Binge Rafting juga menyiapkan tim SAR yang senantiasa mengawasi para rafter menelusuri sepanjang lokasi rafting.

"Untuk menarik minat masyarakat, tugas utama kita adalah mengelolah risiko jadi menyenangkan. Kita tahu permainan raftingjeram-c-310
yang juga merupakan cabang olahraga cukup berbahaya dan penuh risiko. Namun jika para rafter mematuhi segala peraturan dan arahan yang diberikan pemandu, mudah-mudahan semua risiko akan dapat dilalui dengan menyenangkan," ujar Ade S Candra selaku Marketing Manager Binge Rafting.

Dia pun mengakui kalau Sei Binge yang memiliki daerah rafting
dengan waktu normal 2-3 jam, cukup aman bagi rafter pemula. Aktifitas di Sei Binge sendiri sejak tahun 1990-an sudah digunakan untuk rafting. Bahkan pada awal tahun 2000 lalu, Sei Binge di bawah Pemkab Langkat pernah dijadikan ajang Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Rafting dan Kejuaraan Daerah pada tahun 2002.

"Kita berharap ke depan Sei Binge akan menjadi salah satu tujuan objek wisata populer di Sumut sekaligus diminati para wisatawan mancanegara (wisman) khususnya dalam melakukan rafting," ujar Jeksen, Manajemen Direktur Binge Rafting.
sekira 12 km yang bisa ditemp
uh.

jeram-3-510jeram-4-510.jpg











(ags)
http://www.waspada.co.id/Ragam/Laporan-Khusus/Ketika-Bahaya-Jadi-Menyenangkan.html

2008年5月7日 星期三

26 Trik Mengurangi Keluhan Fisik Akibat Komputer

Rabu, 07/05/2008 13:34 WIB
Kolom Telematika
26 Trik Mengurangi Keluhan Fisik Akibat Komputer
Penulis: dr Billy N.S. - detikinet



ilustrasi (sxc.hu)

Bandung - Dunia semakin cepat perkembangannya, hal ini membuat manusia semakin mudah dalam hidup dengan adanya hasil perkembangan teknologi. Salah satu hasil kemajuan teknologi tersebut adalah komputer. Komputer mempermudah pekerjaan manusia dalam menjalankan berbagai aktivitas.

Karena semakin mudah untuk melakukan banyak hal dengan adanya komputer, maka banyak orang melakukan pekerjaannya di depan komputer selama periode yang lama. Hal ini pada awalnya tidak menimbulkan keluhan berarti, namun setelah semakin lama & semakin banyak orang yang bekerja dengan komputer, semakin banyak problem kesehatan yang muncul bagi para penggunanya.

Ada banyak keluhan subyektif yang didapat oleh para pengguna komputer, secara umum keluhan mereka mengalami nyeri leher, nyeri pinggang, sakit mata, pusing, susah kencing, nyeri daerah lengan, pegal kaki, kesemutan, bahkan tekanan mental.

Keluhan-keluhan seperti ini sering diabaikan, namun jika terus dirasakan, dapat mengganggu & mengurangi produktivitas kerja. Fenomena keluhan-keluhan subyektif ini dapat disebut cedera akibat tekanan kerja terus menerus. Hal ini menjadi 'fenomena gunung es', akibat sedikitnya yang dilaporkan, namun sangat banyak dialami oleh para pekerja yang menggunakan komputer.

Berbagai hal dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan, seperti penggunaan obat pengurang rasa nyeri sampai perbaikan-perbaikan posisi, sarana, & cara kerja sehingga keluhan dapat dikurangi atau dicegah. Namun, manusia bukanlah robot yang dapat terus bekerja dalam waktu lama, meskipun lingkungan kerjanya lebih nyaman.

Penggunaan obat pengurang rasa nyeri juga tidak menghilangkan masalah, tetapi hanya mengurangi gejala, & bahkan cenderung berbahaya jika digunakan dalam waktu lama. Selain itu, hampir seluruh perangkat komputer, dirancang untuk orang-orang di 'dunia barat' yang memiliki postur tubuh berbeda dari kebanyakan orang Indonesia.

Hal ini juga diperparah oleh kurang pedulinya orang-orang yang bekerja dengan komputer. Bila keadaan terus-menerus seperti ini, akan mengakibatkan banyak jam kerja akan hilang, keuntungan perusahaan akan berkurang & biaya pengobatan akan bertambah.

Operator komputer bekerja selama berjam-jam dengan sikap duduk yang statis, dengan gerakan tangan yang berulang-ulang. Dengan keadaan itu saja, operator komputer meja memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mendapat cedera yang bersifat kumulatif pada otot.

Faktor risiko ini akan semakin tinggi dengan lamanya durasi kerja, dengan posisi duduk yang buruk, posisi leher yang salah, tempat kerja yang kurang memadai, penempatan layar monitor komputer, keyboard, atau kertas yang salah.

Untuk menghindari atau mengurangi masalah kesehatan akibat hal tersebut, hal yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan sikap & pengaturan kerja yang baik juga mengatur pola hidup selama & di luar jam kerja.

Sesuaikan peralatan kerja setiap akan mulai bekerja, sehingga kelelahan & cedera dapat dikurangi, seperti:
  • Sesuaikan tinggi kursi sesuai tinggi badan
  • Letak tepi atas monitor ada dalam 1 garis lurus dengan mata sehingga kepala tidak menengadah ataupun menunduk ketika melihat ke monitor
  • Jarak monitor dengan mata ada dalam jarak membaca (sekitar 50cm) sehingga badan tidak perlu membungkuk setiap kali melihat ke monitor
  • Atur 'refresh rate' monitor sebesar 72Hz atau lebih sehingga mata tidak cepat lelah
  • Seluruh punggung tersangga dengan baik oleh sandaran kursi yang empuk
  • Gunakan sandaran telapak kaki (footrest) sehingga posisi tungkai dalam keadaan rileks.
  • Lengan atas & bawah membentuk sudut 90 derajat saat mengetik
  • Kedua pangkal telapak tangan bertumpu/bersandar pada meja, tidak menggantung
  • Gunakan kursi dengan penyangga/sandaran lengan bawah
  • Agar dapat membaca dengan nyaman, atur setting kontras & kekuatan cahaya dari monitor, tidak terlalu terang sehingga menyilaukan mata & kontras yang mencukupi sehingga tulisan di monitor mudah dibaca
  • Hindari adanya cahaya terang tepat di belakang atau di depan monitor
  • Pastikan penerangan di ruangan mencukupi untuk membaca buku/tulisan tercetak
  • Gunakan & atur dengan tepat headphone & mikrofon (headset) yang disediakan agar dapat mendengar dengan jelas & berbicara tanpa perlu berteriak
  • Hindari posisi duduk yang sama selama waktu yang lama, variasikan beberapa posisi duduk yang nyaman
  • Untuk mendukung kerja yang optimal & mencegah terkena gangguan kesehatan, disarankan untuk:
  • Istirahat selama 5 menit setiap bekerja selama 1 jam, istirahat ini tidak dapat digabungkan. Gunakan waktu istirahat singkat ini untuk berjalan, melakukan gerakan-gerakan olahraga ringan, atau mengambil minuman
  • Waktu istirahat yang lebih lama (15-30 menit) setiap 4 jam bekerja, gunakan untuk rileks/beristirahat & makan
  • Untuk mengurangi kelelahan mata, lihat ke luar jendela (pemandangan) atau benda yang letaknya jauh setiap 10-15 menit sekali
  • Pastikan cukup minum untuk mencegah dehidrasi. Kebutuhan cairan yang disarankan untuk mereka yang bekerja di ruangan ber-AC adalah sekitar 50-60cc/kgBB/hari. Contohnya jika berat badan 50kg, maka paling sedikit harus minum sekitar 2500cc/hari
  • Jangan menahan kencing untuk mencegah infeksi saluran kemih atau terbentuknya batu di saluran kencing
  • Sesuaikan suhu ruangan kerja, tidak terlalu dingin atau terlalu panas. Suhu yang terlalu panas akan membuat cepat lelah & emosi meningkat, sedangkan suhu yang terlalu dingin akan membuat otot menjadi kaku & lebih mudah terkena cedera. Suhu yang disarankan adalah sekitar 24-25 derajat Celcius
  • Jika dimungkinkan, putar musik dalam volume yang pelan untuk menghindari kejenuhan & meredam emosi
  • Tidur dalam jumlah yang cukup, sekitar 6-8 jam/hari
  • Makan makanan yang bergizi lengkap, bervariasi, & seimbang, juga cukup serat (sayuran/buah)
  • Makan berat 1-2 jam sebelum mulai bekerja sehingga ada cukup energi untuk bekerja tanpa diganggu rasa lapar atau kantuk
  • Berolahraga secara teratur 2-3 kali setiap pekan
  • Segera berkonsultasi dengan dokter setiap kali merasakan ada gejala/keluhan di tubuh yang tidak normal sehingga dapat cepat diobati.
Dengan melakukan hal-hal di atas, gangguan kesehatan akibat bekerja dengan komputer dapat dikurangi & produktivitas/efisiensi kerja meningkat. Selamat bekerja!

Penulis adalah Billy N.S., seorang dokter di Klinik Abhijana, Sukajadi-Bandung dan Pengelola KonsulSehat.web.id. Penulis bisa dihubungi melalui e-mail billy[at]konsulsehat.web.id.
( wsh / wsh )