2008年2月26日 星期二

Makanan Khas Imlek

Friday 01 February 2008

Tepat tanggal 7 Februari 2008, masyarakat Tionghoa di seluruh dunia akan merayakan Tahun Baru Imlek. Perayaan Imlek ini merupakan hari raya yang selalu dinanti-nanti. Sebab, Imlek bukan sekadar ritual tahunan biasa dan budaya saja, tetapi budaya yang sekaligus menyatu dengan kepercayaan.

Menjelang hari besar itu, mereka akan sibuk berbenah, membersihkan rumah, mengecat rumah, mempersiapkan angpao, dan membeli baju baru. Dan kegiatan yang paling penting ialah mempersiapkan berbagai makanan untuk upacara. Sama seperti makanan untuk upacara adat atau keagamaan lainnya, makanan khas Imlek juga sarat makna simbolik.

Hidangan yang disajikan biasanya berjumlah minimal 12 macam masakan dan 12 macam kue. Ini mewakili lambang-lambang dari shio yang berjumlah 12. Di antaranya yang memiliki perlambang ialah mi, melambangkan panjang umur dan kemakmuran. Kue lapis atau lapis legit juga disediakan. Konon kehadiran kue itu sebagai perlambang datangnya rezeki yang berlapis-lapis.

Ada juga kue mangkok, kue moho dan kue keranjang. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue moho atau kue mangkok yang diberi merah pada bagian atasnya. Harapan yang terkandung di situ adalah kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok. Agar pikiran menjadi jernih sepanjang tahun ini disertakan pula manisan kolang-kaling. Ada pula agar-agar yang dicetak bentuk bintang, merupakan simbol kehidupan yang terang.

Sementara hidangan camilan yang tidak pernah ketinggalan adalah kuaci, kacang dan permen.

Semua hidangan untuk persembahan diatur di atas meja sembahyang. Lalu, seluruh angota keluarga berkumpul dan berdoa memanggil arwah para leluhurnya untuk menyantap sajian yang disuguhkan. Setelah upacara sembahyang usai, makanan yang tersaji di meja upacara kemudian dibagikan kepada kerabat dan handai taulan.

Meski hidangan favorit leluhur selalu disediakan di meja sembahyang, tetapi ada juga hidangan yang dihindari sekalipun disukai. Bubur, misalnya. Hidangan ini melambangkan kemiskinan, hingga tidak boleh hadir dalam hidangan sembahyang maupun suguhan Tahun Baru.


Clickwok | Dedy Ard | Berbagai Sumber
http://www.harian-global.com/news.php?item.34050.16